PIPA paralon tidak sekadar sebagai material bangunan yang dipakai untuk mengalirkan air, melainkan dapat disulap menjadi kerajinan yang lebih bernilai. Jika di bakar pipa paralon akan mengekuarkan guratan yang diolah layaknya kerajinan kayu. Karya seni ini dapat mengalirkan rupiah yang cukup besar.
Adalah Ilham Wirahadikusuma. Lelaki asal Sukabumi mengaku sejak tahun 2002 ia memutuskan berhenti berkarir di bidang konstruksi . Ayah dua anak ini memilih menekuni usaha kerajinan, yang sejak kecil yang sudah bersinggungan dengannya.
Tahun 2003 ia mulai bergelut dengan industri kerajinan pipa paralon. Mulanya, ia bermain handycraft dengan material kayu. Tetapi, ia kesulitan mendapatkan kayu, dan pesaing dari sesama pengrajin kayu semakin banyak, sehingga ia terinspirasi menggunakan paralon. Hasilnya lumayan bagus, sekaligus sebagai bahan seni yang bernilai. Selain handycraft, Ilham juga membuat sejumlah furnitur.
Ayah dua orang anak itu mengaku, modal awal mengusahakan bisnis tersebut Rp5 juta, pinjaman dari Banki BRI Cibinong, melalui pinjaman Kredit Usaha Kecil (KUK). Modal tersebut digunakan membeli pipa
paralon dan peralatan pembuatan kerajinan furnitur. Selain membuat kursi antik maupun penunjang interior lain seperti wine cooler dan lampu dinding, juga lentera, lampion, lampu etnik. Aksesoris
lainnya, seperti gelang atau anting-anting, pigura lukisan, dan lain-lain.
Menurutnya, di pasaran terdapat dua pilihan warna pipa paralon. Warna putih jika dibakar menghasilkan warna kuning kecokelat-cokelatan seperti tekstur kayu. Sedangkan paralon warna abu-abu menghasilkan warna seperti silver.
Pertama, pipa dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan, kemudian dibakar dengan las khusus hingga suhu di atas 50 derajat. Saat pembakaran, paralon menjadi lunak sehingga mudah dibentuk menjadi bermacam benda sesuai dengan desain.
Pada proses finishing-nya, pipa dilapisi (coating) kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama satu jam hingga produk siap untuk dipasarkan. Produk ini juga dapat dikombinasikan dengan material
lain seperti kayu, metal dan kaca.
Kreasi Ilham tersebut dijual dengan kisaran harga termurah Rp15 ribu (gantungan gunting, gelang, serta kalung), sedangkan yang paling mahal yaitu satu set meja kursi haragnya Rp1,8 juta. Produk Ilham sudah tersebar berbagai kota, di antaranya Jakarta, Yogyakarta, dan kota lain di luar Pulau Jawa. Setiap bulan ia meraup omset rata-rata Rp20 juta per bulan.
Hasil karya Ilham juga pernah diikutkan pada pameran di Jakarta. Hasil pameran yang berlangsung di gedung Smesco, Oktober 2009 itu, ia mendapatkan omset Rp65 juta, dari penjualan 200 item hasil karyanya.
Berbagai pameran yang mengikutkan buah tangan Ilham membuat kebanjiran konsumen baik dalam negeri, juga luar negeri. Hanya saja, kenaikan permintaan tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas
produksi. Karena seluruh proses produksi dikerjakan secara manual oleh empat karyawan. Akibatnya permintaan dari Australia, Jepang dan Cina hanya bisa dipenuhi dalam jumlah kecil, yaitu sekitar
300 item per bulan.
Untuk mewujudkan permintaan pasar luar negeri, kini Ilham terus melakukan pelatihan kepada karyawan baru, juga tengah mengurus hak paten untuk karya seninya. (*)
* Efek Paralon Bakar
- Proses pembakaran pipa paralon akan mengeluarkan guratan yang tidak beraturan.
- Paralon warna putih jika dibakar akan menghasilkan warna kuning kecoklatan, seperti tekstur kayu. Sedangkan paralon warna abu-abu jika dibakar menghasilkan warna keperakan.
- Tekstur kayu yang muncul dari guratan pipa paralon membuat kerajinan tangan ini mirip dengan kerajinan kayu. Bedanya, kerajinan dari pipa paralon lebih ringan, sedangkan kayu lebih berat.
- Sifat lentur yang muncul setelah pembakaran pipa paralon dapat dibentuk menjadi berbagai macam kerajinan.
- Jika teknik pembakaran kurang bagus, atau suhu terlalu tinggi, maka pipa paralon akan gosong, sehingga tidak bisa dijadikan kerajinan yang lebih antik. (*)
0 komentar:
Posting Komentar